jangan meNYERAH: dipermalukan, atawa dimalu-maluin …

… semoga rumor audisi calon menteri TIDAK MENJADI IDOLGATE … memang benar bahwa psikotes itu penting, tapi BUKAN YANG UTAMA … karena dalam hal PEMILIIHAN CALON MENTERI, HAK PREROGATIF PRESIDEN lah yang TERUTAMA … jadi ga usa MEMPERMALUKAN CALON MENTERI YANG POSISINYA LEBIH RENDAH STATUSNYA DARIPADA SANG INCUMBENT PRESIDENT, tapi juga ga usa MEMPERMALUKAN SANG RI 01 juga … gimana caranya? well, mungkin seperti Obama menangani kasus seorang warganegara amrik yang terkait isu rasialis … yaitu diundang dan bicara-bicara tanpa minta maaf sama sekali … well, liat aja dah
Kabinet Indonesia Bersatu II
SBY Beberkan Gagalnya Nila Jadi Menkes
Yudhoyono berjanji akan segera menemui Nila Djuwita Moeloek untuk menjelaskan masalah ini.
JUM’AT, 23 OKTOBER 2009, 11:08 WIB
Umi Kalsum, Muhammad Hasits

Nila Djuwita Moeloek (Antara/ Widodo S Jusuf)
BERITA TERKAIT
Apa Kerjaan Kuntoro Mangkusubroto?
Inilah Janji Menteri ESDM Darwin Zahedy
Hatta Ajak Menteri Baru Kompak
Sri Mulyani Lupa Terima Kasih
Baru Dilantik, Hatta Ajak Menteri Kerja Keras
Web Tools

VIVAnews – Nila Djuwita Moeloek gagal menjadi menteri tanpa penjelasan. Padahal dia sudah dipanggil ke Cikeas, mengikuti audisi calon menteri. Sudah pula melakukan tes kesehatan di RSPAD. Kritikan tajam lalu dialamatkan kepada model rekruitmen para menteri ini. Nila sendiri merasa disepelekan.

Berbagai kritik itu juga didengar oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Terutama menyangkut gagalnya Nila Djuwita Moeloek duduk di kursi Menteri Kesehatan.

Sebelum rapat pertama Kabinet Indonesia Bersatu II Jumat siang, 23 Oktober 2009, di Istana Negara, SBY menjelaskan soal gagalnya Nila masuk kabinet.

SBY juga mengaku bahwa dirinya sangat menghormati Nila. Bahkan ia sudah mengincar Nila sejak 2004 lalu. Nila dinilai memiliki kelebihan, expertise dan peran yang sangat besar.

“Tahun 2004 pun saya ingin mengajak Beliau. Kemudian dalam proses seleksi memang Beliau sangat unggul di bidang lain. Tapi ada satu dua titik yang menurut penilaian saya tidak tepat kalau beliau saya forsir untuk menempati pos departemen itu,” ungkap SBY.

Masalah itu, kata dia, dibahasnya secara cermat. Begitu menerima laporan lengkap dari tim kesehatan dan kejiwaan, SBY langsung mengkomunikasikan masalah ini dengan berbagai pihak.

saya akan bertemu langsung kepada beliau

“Sekali lagi konsep the right person, on the right place in the right time. Saya dua hari membahas itu. Saya menerima laporan lengkap detil dari tim uji kesehatan, termasuk kesehatan jiwa dan kemudian saya juga berkomunikasi melalui Pak Hatta Rajasa, dan kemudian saya sendiri, dan Insya Allah saya akan bertemu langsung kepada beliau. Ini tidak luar biasa,” beber SBY.

Nila, lanjut dia, memiliki kelebihan, kekuatan, peran di penugasan lain yang lebih tinggi manfaatnya bagi rakyat ketimbang menempati pos yang dirancangnya.

“Saya misalkan. Mungkin dulu di militer oke. Alhamdulillah saya mengemban amanah di kepala pemerintahan. Belum tentu saya memimpin organisais bisnis bisa. Tidak sesukses yang lain, belum tentu saya memimpin DPR bisa seperti Pak Agung. Ya mungkin, cocoknya saya di TNI, kemudian di pemerintahan,” ungkapnya.

Masing-masing orang, kata SBY memiliki titik kuat, oleh karena itu ia minta rakyat memahami. SBY kembali menegaskan Nila memiliki kelebihan, punya peran yang besar, dan memiliki tugas di wilayah lain yang tidak kalah mulianya yang belum tentu bisa dilaksanakan orang lain.

SBY mengaku sengaja menjelaskan masalah ini supaya tidak ada salah tafsir ataupun pandangan keliru dalam masalah Nila Moelok. “Beliau tetap, she is the great woman, tetap saya hormati untuk bisa berkiprah di medan pengabdian yang tidak kalah mulianya dengan sekarang,” kata dia.

Nama Nila tersingkir di detik-detik terakhir. Padahal Nila telah mengikuti serangkaian tes. Namanya digantikan Endang Rahayu Sedyaningsih yang pernah menjadi peneliti di laboratorium milik Angkatan Laut AS, Namru-2.

• VIVAnews

Jumat, 23/10/2009 05:03 WIB
Permalukan Nila Moeloek, Audisi Menteri Dinilai Main-Main
Elvan Dany Sutrisno – detikNews

Jakarta – Mantan Ketua Ikatan Dokter Indonesia Kartono Muhammad menilai audisi menteri yang dilakukan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hanya main-main. Alih-alih mencari menteri berkualitas, SBY harus mempermalukan Nila Juwita Afansa Moeloek di hadapan publik.

“Cara audisi menteri itu mempermalukan Bu Nila. Ini main-main sama orang, kasihan dia dipermalukan dimana-mana,” kata Kartono saat berbincang dengan detikcom, Jumat (23/10/2009).

Kartono menyayangkan audisi menteri yang menurutnya terlampau ramai dilihat publik. Ini membawa dampak buruk bagi yang tidak lolos seleksi menteri.

“Mestinya lain kali kalau manggil menteri tidak perlu ramai-ramai diem-diem saja,” keluh Kartono.

Solusi yang terbaik, menurut Kartono, pemerintah harus menjelaskan kalau memang Nila Moeloek tidak lolos tes kesehatan. “Katakan saja kalau tidak memenuhi tes kesehatan supaya jelas,” imbuhnya.

“Kalau yang membeberkan itu dokter RSPAD itu namanya melanggar kode etik,” tandasnya.

SBY akhirnya memilih Endang Rahayu Sedyaningsih menjadi Menkes. Hal ini memicu kontroversi mengingat Nila Moeloek yang dipanggil SBY mengikuti audisi menteri, justru gagal karena divonis tidak lolos tes kesehatan.

(van/lrn)

Jumat, 23/10/2009 00:00 WIB

Senyum & tanda tanya seputar pelantikan menteri

oleh :

Kerimbunan pohon trembesi di halaman depan Kompleks Istana Kepresiden menjinakkan terik matahari siang Jakarta, kemarin. Para menteri Kabinet Indonesia Bersatu jilid II yang baru saja dilantik berjalan dengan santai meninggalkan istana, bersama pasangan masing-masing.

Di antara mereka tampak Endang Rahayu Sedyaningsih, menteri kesehatan yang baru. Dia menjadi perhatian pers karena sebelumnya yang mengikuti tes sebagai calon menkes adalah Prof. Nila Djuwita Anfasa Moeloek.

Begitu diketahui bahwa Endang yang akan menjadi menteri kesehatan, tersiar desas desus bahwa hal itu karena lobi Washington, terkait dengan persoalan riset di Indonesia oleh Namru (Naval Medical Research Unit) milik AS.

Endang, lulusan Harvard University jurusan kesehatan masyarakat, menurut pernyataan mantan Menkes Siti Fadillah di televisi, pernah memberikan virus flu burung ke pihak asing-suatu tindakan yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah.

Siti Fadilah kemudian memutasikan Endang dan menempat-kan dia di laboratorium yang tak berurusan lagi dengan virus flu burung.

Endang sendiri santai saja menanggapi tuduhan tersebut, terlihat dari air mukanya yang tenang ketika menjawab pertanyaan pers di istana. Suaminya hanya tersenyum simpul sambil turut mendengarkan.

Nila Moeloek mengatakan bahwa pada saat pemeriksaan kesehatan dia mengakui tidak kuat menghadapi stres. “Tapi saya tidak minta [untuk jadi menteri], jadi biasa saja,” kata guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu mengenai perasaannya tak jadi dilantik.

Tiga perempuan yang jadi buah bibir-Siti Fadilah, Endang, dan Nila-tadi malam bertemu dalam acara serah terima menkes. Mereka kelihatan bertegur sapa sambil sekali-sekali melempar senyum. Seolah tak ada apa-apa, sebagaimana berusaha diyakinkan oleh Hatta Rajasa.

Nama-nama kandidat menteri datang ke Presiden dari berbagai penjuru, kata Hatta Rajasa. Berbeda dengan menteri dari partai politik, yang datang de-ngan “kendaraan” yang lebih jelas, informasi siapa-siapa yang menyodorkan para menteri dari kalangan profesional atau karir hingga sampai ke Presiden sangat minim.

Nama Endang bisa jadi tak muncul tiba-tiba. Presiden menjelaskan bahwa dia dan Wakil Presiden Boediono mulai bekerja sejak keduanya ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden terpilih.

Hatta Rajasa, dalam posisi sebagai Menteri Sekretaris Negara-kini dia Menteri Koordinator Bidang Perekonomian-juga menepis kabar bahwa nama Endang baru sampai ke Presiden menjelang pengumuman susunan kabinet.

“Semua menempuh prosedur yang sama. Tidak ada yang ujug-ujug muncul,” tegasnya.

Kabar bahwa Endang disusupkan ke kabinet untuk mengakomodasi kepentingan negara tertentu segera ditangkisnya. “Dia kredibel. Tidak betul [kabar itu]. Itu sesuatu yang terlalu spekulatif. Itu tidak betul.”

Urung dilantik

Dalam upacara pelantikan para calon menteri kemarin, wajah tiga pejabat setingkat menteri, yang nama-namanya pada Rabu malam dibacakan Presiden dalam susunan KIB II, juga terlihat di ruang upacara di istana.

Wakil Sekretaris Kabinet Lambok Nahattandas membacakan Keputusan Presiden Nomor 84 P/2009 untuk pengangkatan ke-34 menteri, lalu dilanjutkan dengan pengangkatan Kuntoro Mangkusubroto sebagai Kepala Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan melalui Keputusan Presiden Nomor 85 P/2009 dan Keppres No. 86 P/2009 yang dikeluarkan untuk mengangkat Sutanto menjadi Kepala Badan Intelejen Negara.

Dan Lambok berhenti sampai di situ. Perhatian jurnalis pun tersedot.

Tak ada Keputusan Presiden untuk Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal yang akan diisi oleh Gita Wirjawan, dalam daftar yang dibacakan oleh Lambok.

Gita sendiri, alih-alih berdiri bersama para anggota kabinet yang lain, mengambil tempat di barisan untuk para keluarga dan undangan.

Tak sulit menemui Gita seusai acara pelantikan. Ia terlihat menuntun tangan putri kecilnya Gia Putri Wirjawan. Parasnya cerah. Dia meladeni rasa ingin tahu para jurnalis dengan ramah.

“Saya nanti dilantik bersamaan dengan Sekretaris Kabinet. Dalam waktu dekat ini,” tuturnya.

Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi mengatakan pelantikan Gita akan dilakukan bersama dengan pejabat yang lain, seperti wakil menteri.

Sudi menjelaskan Presiden memiliki waktu dua pekan untuk menyusun kabinet, termasuk wakil menteri dan pejabat setingkat menteri. “Ini kan baru satu hari. Tapi semuanya dalam proses,” ujarnya.

Tersiar kabar bahwa bahwa keppres pengangkatan Gita belum diteken Presiden.

Gita disebut-sebut termasuk orang yang memiliki hubungan langsung dengan Cikeas. Konon kabarnya Agus Harimurti, putra Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kuliah di Harvard University, AS, menggunakan scholarship Gita, yang juga lulusan dari universitas bergengsi tersebut.

Gita Wirjawan mendapat undangan sebagai Kepala BKPM untuk menghadiri sidang kabinet pertama pada hari ini, padahal Keppres pengangkatan kepala baru dan pemberhentian kepala lama belum dikeluarkan oleh Sekretariat Kabinet.

Mudah-mudahan ini bukan gambaran bahwa kekisruhan bakal terjadi pada kabinet yang baru dilantik itu. Semuanya bergantung pada kemampuan Presiden Yudhoyono untuk menjaga kekompakan anggota kabinetnya, lepas dari apa yang disebut-sebut sebagai rivalitas antara menteri-menteri yang tergolong senior. (Linda Tangdialla) (ratna.ariyanti@bisnis.co.id/irsad. sati@bisnis.co.id/ neneng.herbawati@bisnis.co.id)

Oleh Ratna Ariyanti, Irsad Sati & Neneng Herbawati

Wartawan Bisnis Indonesia

bisnis.com

Diterbitkan oleh bumi2009fans

JO membagikan info dan analisis ringkas terkait info ekonomi global dan makro sambil trading zsaham aza zseh

Tinggalkan komentar