BURSA PERAGU SEDUNIA: bei

INILAH.COM, Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis (30/10) diperkirakan masih mengalami tekanan. Investor pun disarankan fokus pada pembelian jangka panjang di sektor perbankan seperti BMRI, BDMN dan BBCA.
Analis Valbury Securities Mastono Ali mengatakan, indeks saham masih akan sulit mengikuti rally yang terjadi di bursa Asia mengingat banyaknya katalis negatif di pasar. Kendati bank sentral AS, The Fed memangkas suku bunga acuannya, resesi masih akan membayangi bursa Wall Street.
“Pelaku pasar masih mencermati dampak penerapan kebijakan pemerintah terhadap sektor finansialnya,” ujar Mastono kepada INILAH.COM, di Jakarta, semalam. Selain itu, investor saat ini juga sedang menanti dua kebijakan penting dari dalam negeri, yaitu penurunan harga BBM dan data inflasi Oktober.
Menurutnya, inflasi bulan ini diprediksikan cenderung tinggi, sehingga BI bakal menemui kesulitan menurunkan suku bunga acuan BI rate-nya. Mastono pun memprediksi BI justru akan menaikkan tingkat suku bunganya terkait volatilitas rupiah yang tinggi.
Apalagi ada ancaman dana-dana nasabah di perbankan (deposito) akan lari ke bank luar negeri seperti Singapura karena adanya penjaminan penuh. “Pengalihan ini juga didukung kondisi dolar Singapura yang lebih stabil,” tandasnya.
Lebih lanjut Mastono mengungkapkan bahwa tekanan terhadap pasar bursa belum mereda karena rebalancing para hedge fund masih berlangsung terlihat dari masih terjadinya gelombang arus dana keluar (capital outflow). Alhasil, sentimen positif yang masuk ke bursa hanya ditanggapi dingin oleh pasar.
Sementara daya beli investor pasar modal juga melemah karena memang likuiditas minim, Alhasil, ketika harga saham menjadi

murah, investor tidak punya dana

untuk melakukan pembelian.
Mastono menyarankan investor jangka panjang mulai mengakumulasi saham yang valuasinya sudah rendah. Selain juga mempunyai fundamental bagus dan membukukan pertumbuhan penjualan di kuartal III 2008.
Emiten yang disarankan adalah saham

perbankan, mengingat price earning ratio (PER)
sektor ini merupakan yang terendah dari semua sektor di pasar
modal

. “Saham yang valuasinya sudah murah adalah BMRI, BDMN, BBCA,” katanya.
Namun, Mastono mengakui pertumbuhan kredit perbankan sebenarnya mengalami pelambatan. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan kredit kuartal IV 2008 dan berlanjut pada tergerusnya margin pendapatan perbankan.
Ia juga mengingatkan, harga saham saat ini sudah tidak mencerminkan fundamental perusahaan, karena sudah terlalu murah. Namun, sulit mengharapkan pertumbuhan terkait tren melemahnya kinerja perseroan akibat meluasnya krisis finansial.
“Semua kinerja akan melemah dengan kadar yang berbeda, ada yang melemah signifikan tapi ada pula yang hanya melambat. Yang pasti semua merosot,” ujarnya.
Di sisi lain, Mastono tidak merekomendasikan berinvestasi saham untuk jangka pendek. Pasalnya, dengan proyeksi penurunan pendapatan emiten, sulit mengharapkan saham untuk rebound dalam jangka pendek.
Apalagi valuasi rendah belum memastikan bahwa saham tersebut sudah berada di level bottom. “Itu cuma menunjukkan PER rendah, tapi belum ada konfirmasi. Jadi masih ada kemungkinan turun lagi,” tukasnya.
Perdagangan saham Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat transaksi 50.759 kali, dengan volume 2,434 miliar unit saham, senilai Rp 1,682 triliun. Sebanyak 70 saham naik, 99 saham turun dan 46 saham stagnan.
Saham-saham yang naik harganya antara lain, PT Unilever Indonesia (UNVR) naik Rp 400 ke posisi Rp 6.550, PT Indosat (ISAT) Rp 350 ke posisi Rp 5.150, PT Bank Central Asia (BBCA) naik Rp 175 ke posisi Rp 2.200 dan PT Bank Danamon Tbk (BDMN) naik Rp 175 ke posisi Rp 2.000.
Demikian pula saham PT Telkom (TLKM) naik Rp 100 menjadi Rp 5.100, PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) naik Rp 25 menjadi Rp 4.175 dan PT Bank Internasional Indonesia (BNII) naik Rp 10 menjadi Rp 455.
Sedangkan saham-saham yang turun harganya antara lain, PT Indo Tambangraya Megah (ITMG) turun Rp 650 ke posisi Rp 5.950, PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) turun Rp 325 ke posisi Rp 2.975, serta PT Astra International (ASII) turun Rp 200 ke posisi Rp 7.100.
Saham PT United Tractors (UNTR) juga turun Rp 250 menjadi Rp 2.400, PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) turun Rp 25 menjadi Rp 2.650, dan PT Timah (TINS) turun Rp 10 menjadi Rp 990. [E1]

Diterbitkan oleh bumi2009fans

JO membagikan info dan analisis ringkas terkait info ekonomi global dan makro sambil trading zsaham aza zseh

Tinggalkan komentar